Pertolongan Allah Kepada Pemuda (Orang) Beriman


Kisah ini sudah sangat populer, tapi tidaklah salah kalau dimuat kembali di Media ini, untuk dijadikan pelajaran bagi kita semua.

Ini kisahnya sbb:

Pertanyaan masih banyakkah di zaman sekarang orang-orang yang beriman punya sifat seperti kisah dibawah ini….????

Suatu hari, Umar bin khatab (khalifah) sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya para sahabat sedang asyik mendiskusikan sesuatu.

Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda, dua pemuda memegangi seorang pemudah lusuh yang diapit oleh mereka. Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata : ” Tegakkanlah keadilan untk kami, wahai Amirul Mukminin”. “Qishaslah pembunuhayah kami sebagai hak atas kejahatan pemuda ini. Umar segera bangkit dan berkata : ” Bertaqwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda ?” Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata : ” Benar, wahai Amirul Mukminin”.

‘Ceritakanlah kepada kami kejadiannya, tukas Umar.

Pemda lusuh itu itu kemudian memulai ceritanya ;

“Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku mempercayakan kepada aku untuk suatu urusan muamalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku di kota ini, ku ikat untaku pada sebatang pohon kurma lalu kutinggalkan dia (unta). Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedan menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik  laki-laki tua itu. Sungguh aku sangat marah, segera ku cabut pedangku dan kubunuh ia (lelaki tua itu). ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini’.

“Wahai Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu, sambung pemuda yang ayahnya terbunuh.” Tegakkanlah Hak Allah atasnya” timpal yang lain. Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh tersebut.” sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda sholeh dan baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf, kemarahan sesaat”, ujarnya.

“Iznkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayahmu”, lanjut Umar. ” maaf Amirul Mukminin sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala. ” kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan redho jika jiwa belum dibalas dengan jiwa”.

Umar semakin bimbang, dihatinya telah tumbuh simpatik kepada is pemuda lusuh yang dinilanya amanah, jujur, dan bertanggung jawab. Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata : ” Wahai Amirul Mukminin, tegakanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku Redho dengan ketentuan Allah”, ujarnya dengan tegas. ” Namun izinkan aku menyelesaikan urusan kaumku. Berilah aku waktu 3 hari. Aku akan kembali untuk di qishash”.

“Mana bisa begitu ?” ujar kedua pemuda yang ayahnya terbunuh. ” Nak,  tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu  tanya Umar. ” Sayangnya tidak ada, Amirul Mukminin”. bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersama ku ?, pemuda lusuh balik bertanya kepada umar.

” Baik aku akan memberimu waktu 3 hari, tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji”. Kata Umar.

” Aku tidak memiliki seorang kerabatpun disini. Hanya Allah, hanya Allah-lah penjaminku wahai orang-orang yang beriman, kata pemuda itu.  tiba-tiba dari belakang kerumunan terdengar suara lantang: ” Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin”. Ternyata orang itu Salman al-Farisi yang berkata. ” Salamn?” hardik Umar marah.” kau belum mengenal pemuda ini, demi Allah jangan main-main dengan urusan ini”.  ” Perkenalanku denganya sama  dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya”. jawab Salaman tenang.

Akhirnya dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin pemuda lusuh. Pemuda itupun pergi mengurus urusannya. hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh, Begitupun hari kedua. Orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh.

Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman, salah satu sahabatRasulullah S.A.W yang paling utama. Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan s pemuda lusuh. Umar berjalan mondar mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh.

Akhirnya tiba waktu pengqishashan, Salam dengan tenang dan penuh ketawakkaln berjalan menuju tempat eksekusi, hadirin mulai terisak, karena menyaksikan orang hebat seperti Salman akan dikorbankan.

Tiba-tiba dari kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bngkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali.

“Itu dia”! teriak Umar.” Dia datang menepati janjinya!”, Dengan tubuhnya bersimbah peluh dan napas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pangkuan Umar. ” Hh….hh… maafkan…maafkan…aku, wahai Amirul Mukminin…” ujarnya dengan susah payah, ” tak kukira…urusan kaumku…menyita..banyak…waktu..”

” Kupacu…tungganganku….tanpa henti, hingga…ia sekarat di gurun…., Terpaksa…kutingalkn…lalu aku berlari dari sana. ” Demi Allah “, ujar Umar menenangi dan memberinya minum.  ” Mengapa kau susah payah kembali ? padahal kau bisa saja kabur dan menghilang ?” tanya Umar. ” Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan … di kalangan  Muslimin… tak ada lagi ksatria….menepati janji…” jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum.

Mata umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya ” lalu kau Salamn, mengapa mau-maunya  kau menjamin orang yang baru saja kau kenal ?. kemudian Salman menjawab: ” Agar jangan sampa dikatakan dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya. hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejaddian itu.

” Allahu Akbar!” , tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak. ” Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu’. semua orang tersentak kaget. ” Kalian…” ujar Umar” Apakah maksudnya ini?mengapa kalian..? Umar semakin haru. Kemudian dua pemuda menjawab dengan membahana : ” Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan kaum Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya”.

“Allahu Akbar!” teriak hadirin. Pecahlah tangis bahagia, haru dan sukacita oleh semua orang.

Masya Allah…, tetaplah  bangga menjadi muslim,  smoga bersama kita selalu ada ksatria-ksatria muslim yang memuliakan Islam. mari kita berbagi pesan dan saling menasehati untuk  mencapai Redho-Nya.

Allahu Akbar.

Sumber :  Radio Fajri Bandung.


Leave a Reply